Selasa, 02 Juli 2024

Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara


Salam dan Bahagia

Bapak Ibu Guru Hebat


Pada Kesempatan kali ini, saya akan membagikan tulisan saya tentang Refleksi Filosofis Penidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Tulisan ini saya buat untuk memenuhi tugas sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 11 Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1


Sebelum mempelajari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Penididikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya masih beranggapan bahwa cara pembelajaran yang saya lakukan adalah sudah baik, berbagai model pembelajaran yang saya berikan kepada peserta didik sudah bervariasi, seperti melaksanakan diskusi, kerja kelompok dan praktikum saya lakukan disetiap pembelajaran yang saya lalui. Didalam kelas saya sudah berusaha tampil menggemberikan agar anak-anak bersedia dengan sukarela mengikuti pembelajaran bersama saya. Membuat peraturan di kelas yang menurut saya baik untuk perkembangan anak.


Setelah mempelajari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Penididikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya merasa ada yang kurang dari diri saya. “Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan”, hal yang terlupakan dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini adalah dalam proses pembelajaran saya belum menyatukan antara pendidikan dan kebudayaan. Di kelas saya tidak hanya membimbing anak untuk belajar apa yang menjadi minat, tetapi saya juga harus membentuk karakter yang akan menjadi kebudayaan mereka kelak nanti. Memberikan teladan yang baik, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga pada zamannya nanti, anak-anak dapat mengembangkan kebudayaan mereka sendiri. Dalam hal ini saya merasa belum menerapkan pemikiran KHD tentang keranga perubahan yakni “Kodrat Keadaan”. Prinsip perubahan menurut KHD adalah dapat menggunakan asas TRI-KON, “Kontinuitas, Konvergensi dan Konsentris”, disini saya merasa belum melaksanakan dengan baik, karena saya belum melakukan refleksi, baik dengan anak maupun rekan sejawat, padahal hal tersebut sangatlah penting agar proses pembelajaran dapat mengalami perbaikan dan perkembangan yang signifikan. Budi Pekerti dapat diartikan sebagai Budi = cipta, rasa dan karsa dan Pekerti adalah Tenaga. Didalam perubahan pendidikan, segala upaya harus dikerahkan agar anak mengolah cipta (menajamkan pikiran), mengolah rasa (menghaluskan rasa) dan mengolah karsa (memperkuat kemauan). Jika kita dapat menyeimbangkan hal tersebut, maka pendidikan akan menjadi holistik dan seimbang. “Keseimbangan dalam pendidikan akan mendapatkan kesempurnaan budi pekerti sehingga membawa anak pada kebijaksanaan”.

Gambar . Proses Pembelajaran di Kelas

Semua kekurangan yang ada, saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk memperbaikinya, karena saya sadar Pendidikan dan Pendidik perlu memandang anak dengan rasa hormat. Tujuan pendidikan adalah berorientasi pada anak. Menurut KHD berdasarkan asa taman Siswa, “ Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta suatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak”. Bahwa dalam proses perkembangan anak, sebagai seorang pendidik kita harus menganggap anak didik seperti anak sendiri, memperhatikan tumbuh kembang, psikologis, dan karakternya sehingga tujuan pendidikan yang semestinya yakni menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Demikianlah refleksi dan kesimpulan yang saya buat, semoga saya dapat melaksanakan perubahan tersebut, sehingga dapat mengimplementasikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.


Penulis : 
Indi Fauzan Adima, S.Pd
SMKS Wicaksana Al Hikmah Sirampog
CGP Angkatan 11 Kab Brebes Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar