Selasa, 05 November 2024

Mulai dari Diri - Modul 3.3 - Pengelolaan Program yang berdampak Positif pada Murid

Mulai dari Diri - Modul 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID


Tujuan Pembelajaran Khusus:  

CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan  program yang berdampak pada murid.

 

Saat Ibu/Bapak bersekolah dulu, Ibu/Bapak tentu pernah mengikuti berbagai program/kegiatan di sekolah. Program/kegiatan itu dapat berupa program/kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.

Program/kegiatan intrakurikuler merupakan merupakan program/kegiatan utama sekolah yang dilakukan dengan menggunakan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur program sekolah. Program/Kegiatan ini dilakukan oleh guru dan murid dalam jam pelajaran setiap hari dan ditujukan untuk mencapai tujuan minimal dari setiap mata pelajaran dalam kurikulum. Sementara itu, program/kegiatan kokurikuler merupakan program/kegiatan yang dilaksanakan sebagai penguatan atau pendalaman kegiatan intrakurikuler. Program/kegiatan ini meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain yang dapat menguatkan karakter murid. Sedangkan program/kegiatan ekstrakurikuler adalah program/kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah, dan diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian murid.

Nah, sekarang kami ingin Ibu/Bapak mengingat kembali dan melakukan refleksi terhadap pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid. Refleksi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan.

 

Apa kegiatan/programnya?

Kegiatan sekolah yang paling berkesan adalah kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam. Nama kegiatan yang dilakukan adalah Pemantapan Tahap 1 atau biasa disingkat dengan P1. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan jelajah alam di sekitar sekolah. Saya diajarkan bagaimana mengajukan sebuah kegiatan kepada wakil kepala sekolah dan kepala sekolah serta bagaimana melakukan perizinan terhadap pemerintah desa setempat.

 

Siapa yang memprakarsai atau menggagas program tersebut

Program yang dilakukan sudah menjadi program kerja ekstrakurikuler pecinta alam, namun dalam hal perencaan dan pelaksanaan adalah seluruh panitia yang terlibat termasuk saya.

 

Berperan sebagai apa Ibu/Bapak saat itu?

Dalam kegiatan tersebut saya ditugasi sebagai ketua pelaksana kegiatan.

 

Bagaimana perasaan Ibu/Bapak saat itu?

Perasaan saat itu, berbagai ragam ada senang dan tegang pada proses perencaan karena kami ditanya berbagai hal yang tujuannya adalah bagaimana persiapan kegiatan yang sudah disiapkan serta senang dan bangga karena pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar.

 

Mengapa pengalaman tersebut berkesan untuk Ibu/Bapak?

Pengalaman ini sangat berkesan kepada saya, karena saya diajarkan oleh seorang pembina ekstrakurikuler pecinta alam untuk belajar berproses dalam setiap kegiatan yang akan kita lakukan, serta diajarkan bagaimana cara menjadi seorang pemimpin dalam sebuah komunitas kecil.

 

Apa pembelajaran yang Ibu/Bapak ambil dari kegiatan/ program tersebut?

Pembelajaran yang saya ambil diantaranya adalah :

1.    Bagaiamana merencanakan sebuah program kegiatan agar dapat berjalan dengan baik

2.    Bagaimana berkomunikasi yang baik dengan pihak terkait seperti waka kesiswaan, kepala sekolah dan pemerintah setempat

3.    Melatih jiwa kepemimpinan untuk mengelola sebuah kegiatan agar dapat berjalan dengan baik

 

Bagaimana pengalaman tersebut berdampak pada Ibu/Bapak sekarang? Apakah berdampak positif atau negatif?

Proses yang saya alami ketika sekolah, sangat berdampak terhadap diri saya, dimana karakter kedisiplinan, jiwa kepemimpinan serta manajemen sebuah kegiatan melekat pada diri saya, sehingga dapat saya rasakan ketika menjadi seorang guru dari tahun 2013 hingga sekarang dengan dipercaya oleh kepala sekolah dari Asisten Kurikulum, Waka Sarana Prasarana, Waka Kurikulum, Ketua Tim SMK PK dan sekarang saya dipercaya sebagai Waka Kesiswaan

 

Setelah membaca judul modul dan melakukan refleksi di awal pembelajaran, apa yang tergambar di benak Ibu/Bapak? Hal apa yang Ibu/Bapak harapkan dapat dipelajari pada modul ini?

Sebagai guru dan Waka Kesiswaan, saya berharap dapat menularkan program pengembangan diri melalui kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler yang berdampak pada siswa sehingga berbagai pengalaman yang dilalui murid ketika belajar dapat berkesan dan bermanfaat bagi siswa di masa yang akan datang.


Jumat, 01 November 2024

Refleksi Dwi Mingguan CGP Angkatan 11

 

REFLEKSI DWI MINGGUAN 9

OLEH INDI FAUZAN ADIMA, S.Pd

CGP ANGKATAN 11 KAB. BREBES

 


Pada tugas refleksi dwi mingguan ke 9 ini, saya akan mencoba membuat refleksi menggunakan Model Driscoll atau yang biasa dikenal dengan Model “What?” pada modul 3.2 Pemimping dalam Pengelolaan Sumber Daya.

 

1.    WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)

Pada saat melihat judul modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, saya sangat tertarik dengan modul ini karena melihat judulnya saya berharap banyak dapat mempelajari dengan baik materi yang ada pada modul tersebut.

Setelah modul 3.2 dapat diakses pada tanggal 23 Oktober 2024, saya melihat isi modulnya ternyata isi didalamnya adalah materi-materi yang sama sekali belum pernah saya pelajari sebelumnya sehingga saya harus berfikir keras untuk mempelajari modul tersebut karena jika saya dapat memahami sebuah materi, maka dalam menerapkan atau mengimplementasikan isi materi akan lebih mudah menyampaikannya.

Memasuki ruang kolaborasi yang pertama pada modul ini, bersama rekan sesama CGP dalam satu kelompok, pemahaman yang dapatkan semakin menguat karena disitu secara kebetulan semua rekan sejawat memilih untuk menganalisis berbagai aset/modal yang sekolah saya miliki dikarenakan sekolah saya dianggap memiliki berbagai macam aset yang dapat digali lebih dalam apa saja aset yang dimiliki dan bagaimana pemanfaatanya.

2.    SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

Setelah selesai ruang kolaborasi dan kami presentasikan kepada kelompok yang lain sesama CGP, saya mulai melihat-lihat agenda berikutnya dan saya tertarik pada tugas aksi nyata yang harus saya lakukan untuk mendiseminasikan pemahaman saya terhadap modul ini kepada warga sekolah.

Dan pada tanggal 30 Oktober 2024 kebetulan kepala sekolah mengadakan rapat terbatas dengan mengundang rekan guru yang memiliki tugas tambahan untuk mempersiapkan kegiatan kunjungan dari siswa-siswi SMP Al Hikmah kelas 9 yang akan melakukan pembelajaran menggunakan fasilitas yang ada di sekolah saya.

Foto Rapat Persiapan

 

Kepala sekolah terlebih dahulu menyampaikan pembukaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah kita agar dapat dijadikan media promosi pada penerimaan peserta didik pada tahun 2025 mengingat yang akan hadir adalah sekitar 210 siswa dalam kegiatan tersebut, sehingga sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan berbagai hal agar dalam kegiatan kunjungan pembelajaran tersebut dapat berkesan bagi siswa-siswi SMP serta dapat menarik hati para siswa untuk dapat bergabung di sekolah saya untuk melanjutkan pada jenjang berikutnya.

Setelah melakukan pembukaan, kepala sekolah meminta saya untuk memimpin jalannya rapat demi suksesnya kegiatan tersebut dikarenakan saya saat ini menjabat sebagai waka kesiswaan dan program PPDB tentunya menjadi tugas dan tanggung jawab saya untuk mempersiapkan.

3.    NOW WHAT? (Tindak lanjut peristiwa yang terjadi)

Amanat pemimpin rapat langsung saya terima dan saya menyampaikan kepada rekan struktural apa saja yang perlu kita siapkan dalam kegiatan tersebut. Dengan pemahaman saya terkait modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan aset, saya menjabarkan berbagai aset apa saja yang kita miliki untuk dapat dikelola oleh peserta rapat terbatas untuk dimanfaatkan dalam kegiatan kunjungan siswa-siswi SMP tersebut.

Adapun aset yang saya sampaikan kepada rekan-rekan antara lain adalah aset manusia, aset fisik, aset sosial dan aset finansial yang dapat kita manfaatkan.

Aset yang pertama adalah aset fisik dimana saya menyampaikan apa saja fasilitas yang ada di sekolah kita untuk dimanfaatkan dalam kunjungan nanti, dan masing-masing rekan memberikan pendapatnya bahwa fasiitas sekolah yang dapat kita berikan adalah masing-masing siswa SMP dapat mengunjungi semua laboratorium yang kita miliki antara lain adalah laboratorium asisten keperawatan, laboratorium farmasi klinis dan komunitas, laboratorium Samsung, Greenhouse tanaman hidroponik dan Greenhouse Eduwijaya (tanaman anggur).

Aset manusia yang dimanfaatkan dalam kegiatan tersebut antara lain adalah kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa-siswi SMK dan SMP. Kepala sekolah dengan tupoksinya memberikan ide yang kreatif dan inovatif untuk mensukseskan kegiatan tersebut, guru dengan pengalamannya dalam melaksanakan kegiatan diharapkan mampu menyiapkan materi kunjungan antara lain adalah fasilitas lab yang dimiliki, prospek masa depan dari program keahlian yang nantinya jika siswa-siswi SMP berminat, kerjasama dengan industri apa saja dan lain sebagainya serta memanfaatkan aset siswa-siswi SMK untuk melatih ketrampilan komunikasinya dengan membimbing untuk dapat mempresentasikan pengalaman belajar di SMK, tenaga kependikan membantu suksesnya kegiatan tersebut dengan membantu guru menyiapkan ruangan dan membantu mendokumentasikan kegiatan kunjungan pada masing-masing ruang, siswa-siswi SMK membantu guru mempresentasikan pengalaman belajar di SMK untuk melatih ketrampilan komunikasi dan membantu memandu siswa-siswi SMP dalam melakukan kunjungan pada masing-masing fasilitas sekolah untuk melatih ketrampilan menjadi pemimpin serta siswa-siswi SMP yang hadir hampir 210 siswa akan dibagi menjadi kelompok sesuai dengan jumlah fasilitas yang akan dikunjungi agar dalam penerimaan materi kunjungan dapat terserap dengan baik.

Aset finansial yang dimanfaatkan dalam kegiatan tersebut adalah karena pelaksanaan kegiatan tersebut pada siang hari, dan kondisi cuaca saat ini sedang panas, maka sekolah diharapkan memberikan akomodasi air minum untuk siswa dan siswi SMP agar dapat membantu mengurangi dehidrasi dalam pelaksanaannya nanti.

Aset sosial yang dimanfaatkan dalam kegiatan tersebut adalah ‘kepercayaan’ yang diberikan oleh kepala sekolah kepada saya dalam memimpin jalannya rapat sehingga saya dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan kemampuan manajerial saya untuk membangun jaringan bersama rekan guru yang lain. Selain itu dengan penuh kesadaran rekan-rekan juga menerima apa yang kepala sekolah percayakan kepada saya sehingga kegiatan kunjungan siswa-siswi SMP dapat berjalan dengan baik pada tanggal 31 Oktober 2024.


 

Dengan waktu yang singkat tersebut pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan baik dan saya mengambil kesimpulan bahwa sebagai seorang pemimpin harus memberikan modal sosial berupa kepercayaan kepada orang lain untuk mengelola sebuah kegiatan agar berjalan dengan baik serta sebagai seorang pemimpin harus kreatif dan inovatif dalam mengelola aset yang tersedia di lingkungan sekolah agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi suksesnya program sekolah.

 

Demikian hasil refleksi yang telah saya lakukan pada modul 3.2 Pemimpin dalam pembelajaran, semoga bermanfaat bagi diri sendiri khususnya serta menjadi referensi bagi orang lain.

Kamis, 31 Oktober 2024

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya #CGP #Modul 3.2 #Koneksiantarmateri

 

Koneksi Antar Materi

Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


Pada modul Pemimpin dalam Pengelolaan sumber daya, sebagai seorang pemimpin dalam pembelajaran kita diharapkan mampu mengelola sumber daya atau aset yang ada di lingkungan sekolah. Aset/modal yang dapat kelola antara lain adalah aset manusia, sosial, fisik, alam/lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya. Dengan cara pendekatan berbasis aset diharapkan dapat mengembangkan diri dengan kekuatan yang positif. Dengan menggunakan kekuatan positif kita diajak memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik yang menjadi inspirasi dan menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif

Pendekatan berbasis aset ini juga digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) yang sudah dibahas sebelumnya pada modul 1.3, dimana paradigma IA ini percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan.  Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan

Dalam pemanfaatan di kelas, kita bisa melihat hal positif yang dimiliki oleh siswa sebagai contoh di sekolah saya, siswa berasal dari berbagai wilayah di tanah air dapat kita kelola dengan baik untuk saling mengenal berbagai kultur dan budaya antar siswa sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya kebinekaan. Di lingkungan sekolah, melihat fasilitas yang tersedia kita dapat mengelola fasilitas sekolah untuk membantu kita dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, sebagai contoh pada mata pelajaran saya yakni projek IPAS dapat memanfaatkan lingkungan sekolah untuk mempelajari materi makhluk hidup dan lingkungannya. Masyarakat sekitar dengan berbagai latar belakang pendidikan sosial, dapat dimanfaatkan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara melakukan studi kondisi lingkungan sosial dan pendidikan pada materi konektifitas antar ruang dan waktu.

Setelah mempelajari modul tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber daya, saya semakin memahami bahwa dengan berfikir berbasis aset yang ada dalam ekosistem sekolah kita dapat mengelolanya dengan baik agar berdampak pada perubahan yang akan dicita-citakan sekolah.

Kamis, 24 Oktober 2024

Nilai-nilai dan Prinsip Dalam Pengambilan Keputusan Sebagai Seorang Pemimpin

Nilai-nilai dan Prinsip dalam Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin

Tugas Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin



Sebagai seorang pendidik, mengajarkan apa yang menjadi minat dan bakatnya akan lebih bermakna pada peserta didik, seperti kata Ki Hadjar Dewantara, sebagai seorang pendidik perlu berhamba pada sang anak, artinya kita perlu membimbing dan mengajarkan apa saja yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Kodrat alam artinya kita harus menyesuaikan dengan minat atau lingkungan dimana peserta didik tinggal dengan tujuan apa yang kita sampaikan kelak akan menjadi bekal mereka dalam menentukan masa depannya serta kodrat zaman yakni kita harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dimana perkembangan teknologi dan keadaan lingkungan yang cepat berubah sehingga peserta didik dapat menyesuaikan dengan keadaan yang ada serta mampu berdaya saing sehingga peserta didik dapat mencapai kesejahteraannya baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya seperti apa yang disampaikan oleh Bob Talbert “Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best” atau dapat diartikan sebagai “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

Dalam pengambilan keputusan kita akan dihadapkan berbagai dilema, terkadang kita harus menentukan dimana kepentingan individu atau kelompok, rasa keadilan atau rasa kasihan, kebenaran atau kesetiaan, atau pilihan jangka pendek atau jangka panjang. Setelah kita dihadapkan pada dilema etik seperti pilihan diatas, kita juga akan dihadapkan pada prinsip-prinsip dilema etika ketika memikirkan pilihan itu apakah berbasis hasil akhir, peraturan atau rasa peduli. Tapi apapun dilema yang akan kita hadapi dan prinsip apa yang akan kita ambil yang terpenting dalam pengambilan keputusan yang akan kita ambil agar berdampak pada lingkungan kita adalaha pengambilan keputusan haruslah berpihak pada peserta didik, mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang kita ambil.

Sebagai seorang pendidik, kita haruslah peka terhadap permasalahan yang terjadi dilingkungan kita. Sebisa mungkin kita berkontribusi dalam pengambilan keputusan pada permasalahan yang ada disekitar kita. Dengan kontribusi yang kita berikan, maka kita sedang menunjukan kepada peserta didik dalam mengelola sebuah permasalahan yang ada dengan menunjukan setiap keputusan yang kita ambil haruslah mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan bagaimana pentingnya kita bertanggung jawab atas keputusan yang kita ambil.

Perilaku manusia selalu dihadapkan terhadap 5 kebutuhan dasar manusia yakni untuk bertahan hidup, ingin mendapatkan kasih sayang dan rasa diterima, ingin mendapatkan kebebasan, atau untuk kesenangan maupun sebagai bentuk penguasaan atas diri mereka. Setiap tingkah laku yang dilakukan oleh peserta didik, sebagai seorang pendidik penting untuk bisa mengantarkan setiap keputusan yang diambil oleh peserta didik agar mengacu pada nilai-nilai yang mereka yakini  yang berdasarkan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusan akhir mereka berdasarkan motivasi intrinsik. Dengan begitu, keselamatan dan kesejahteraan peserta didik dapat terpenuhi sesuai dengan pernyataan Ki Hadjar Dewantara.

Sebagai seorang pemimpin, dalam penerapan pengambilan keputusan berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka maka hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan teladan dan contoh akan keputusan yang bijak sehingga patut dititu oleh siswa (Ing Ngarso Sung Tulodo), mampu memberdayakan dan membangun kerukunan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan demi memperbaiki kualitas diri mereka (Ing Madya Mangun Karsa) serta mampu mempengaruhi dan mendorong semangat meningkatkan kualits agara selalu menjadi lebih baik(Tut Wuri Handayani)

Sebagai seorang guru penggerak, kita memiliki nilai dan peran sebagai penggerak yang harus ternanam dalam diri kita, hal ini jika diimplementasikan maka akan sangat berpengaruh dalam prinsip-prinsip yang akan kita ambil dalam pengambilan keputusan. Nilai guru penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sesuai dengan situasi yang dihadapi tentunya dengan mempertimbangkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan seperti berpihak pada murid, menggunakan nilai kebajikan dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang kita ambil.

Dalam pengambilan keputusan, tentunya dapat didukung dengan kegiatan coaching terlebih dahulu. Tujuan dari coaching adalah sesorang mampu mengambil sebuah keputusan berdasarkan kehendak yang orang miliki tentunya sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang kita yakini. Proses pembelajaran pada materi ini sudah sangat jelas dengan bantuan dari pendamping maupun fasilitator, karena penjelasan atas dasar pengambilan keputusan disampaikan secara runtut dimulai dari pemilihan kasus masuk kategori dilema etika atau bujukan moral, dilanjutkan dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan. Setiap tahap yang dilalui dalam 9 langkah pengambilan keputusan jika kita menerapkan coaching dalam prosesnya maka menurut saya akan menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab, apapun itu keputusannya baik keputusan yang baik maupun tidak bagi sesorang.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangatlah penting terutama dalam mengelola kasus dilemma etika. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri senidiri, memiliki manajemen diri sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku, memiliki kasadaran sosial sehingga mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, memiliki keterampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan dapat mengambil keputusan yang bertanggungJawab. Masalah yang terkait dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak positif pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula. Disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan. Saat keputusan yang diambil sudah tepat. maka akan tercipta lingkungan yang positif. kondusif. aman dan nyaman. tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalah yang dihadapi.

Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Keputusan untuk memerdekakan murid merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Untuk memutuskan pemenuhan belajar murid, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak. Gambaran ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya.

Dalam pengambilan kepurusan, seorang pemimpin sebaiknya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan mengacu pada pembelajaran yang memenuhi potensi murid

Kesimpulan yang dapat saya ambil jika mengaitkan dengan materi sebelumnya yaitu pengambilan keputusan sebaiknya mengacu pada :

      Nilai kebajikan universal

      Bertanggung jawab

      Berpihak pada murid

      Berpedoman pada filosofi KHD dengan Patrap Trilokanya (Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani)

Saya cukup memahami materi pada modul ini, sehingga pada proses penerapannya sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak.

Sebelum mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan saya biasanya memanfaatkan prosedur umum yang berlaku di sekolah, yaitu berkomunikasi dengan pihak terkait seperti guru mata pelajaran, guru BK, Wakasek dan kepala sekolah, dengan bahan perbincangan yang mengalir apa adanya. Setelah mempelajari modul ini, saya mencoba menerapkan analisa berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Perbedaannya diantaranya pola ini menjadi pakem baru yang sangat rinci, hati – hati dan tidak terburu – buru dalam membuat sebuah keputusan. Selain itu, pihak yang terlibat menjadi merasa dihargai dan bisa memberi kontribusi sesuai tupoksinya masing – masing.

Pengambilan keputusan tentunya tidak akan lepas dari kehidupan kita sebagai pendidik maupun seorang pemimpin, karena setiap langkah yang kita lalui akan dihadapkan pada kasus-kasus yang tentunya silih berganti. Setelah mempelajari modul ini tentunya perubahan yang bisa dirasakan saat ini adalah saya berhati-hati dalam melakukan sesuati dan pengambilan sebuah keputusan, memiliki keteraturan dalam menganalisis sebuah masalah, serta meningkatkan empati pada diri sendiri untuk memahami permasalahan yang terjadi pada orang lain

Mempelajari modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin sangat penting perannya baik sebagai individu maupun pemimpin. Mengaitkan pemahaman pada materi-materi sebelumnya, seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak serta pemahaman kompetensi sosial emosional sangat penting agar pengambilan keputusan dapat berpihak pada murid, mengacu pada nilai-nilai universal dan bertanggung jawab.


Kamis, 03 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

Koneksi Antar Materi


Tugas

  1. Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
  2. Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Jawaban

Peran saya sebagai seorang coach di sekolah adalah membantu kepala sekolah dalam kegiatan supervisi akademik atau dengan kegiatan komunitas belajar. Seperti yang telah saya lakukan setelah mempelajari modul 2.3, saya diberikan kesempatan oleh kepala sekolah untuk membantu rekan sejawat dalam kegiatan supervisi akademik.

Pada kesempatan tersebut saya manfaatkan dengan baik pemahaman saya terkait pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Langkah yang saya berikan adalah dengan memberikan pemahaman penerapan pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dalam kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam modul ajar. Setelah itu pada kegiatan pembelajaran dikelas, rekan sejawat menerapkannya secara langsung sehingga rekan sejawat bisa langsung merefleksikan apa yang telah dipahami sebelumnya.

Seperti penerapan pembelajaran berdiferensiasi apa yang akan dilakukan, apakah diferensiasi konten, proses atau produk. Serta menggali informasi materi yang akan diberikan sehingga saya dapat membantu pembelajaran berdiferensiasi apa yang tepat dilakukan pada tujuan pembelajaran tersebut sehingga pembelajarannya lebih menarik lagi. Penerapan pembelajaran sosial emosional juga lebih diterapkan lagi dalam setiap langkah-langkah kegiatan pembelajaran sehingga harapannya minat siswa dalam belajar semakin meningkat.

Pada tahap akhir setelah kegiatan supervisi akademik, saya membantu rekan sejawat dengan memberikan penguatan hal-hal apa saja yang sudah baik, dan hal apa yang perlu ditingkatkan. Sehingga dalam kegiatan supervisi akademik berikutnya rekan sejawat dengan sadar akan kebutuhannya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar menjadi lebih baik lagi.

Setelah saya mendapatkan penguatan materi modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya semakin dikuatkan terkait dengan kegiatan supervisi akademik adalah kebutuhan seorang guru bukan kepala sekolah, karena tujuan supervisi akademik adalah membantu meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Meskipun langkah-langkah yang sudah saya uraikan diatas belum menerapkan coaching secara menyeluruh, karena solusi atas permasalahan sebaiknya dikemukakan oleh rekan sejawat sendiri. Namun menurut saya adalah langkah yang saya lakukan sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada di sekolah saya karena sebagian besar guru belum secara menyeluruh memahami penerapan pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional meskipun sebenarnya setelah kegiatan supervisi akademik sebagian besar guru telah menerapkannya dengan baik. Setelah sebagian besar guru telah memahami dengan baik pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional maka langkah yang bisa saya lakukan adalah dengan melakukan prinsip-prinsip coaching dalam melaksanakan supervisi akademik serta menerapkan percakapan coaching dengan alur TIRTA.

Setelah saya memahami modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya merasa lebih bersemangat lagi meningkatkan kemampuan saya dalam memahami pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Kenapa hal tersebut penting saya lakukan, karena dalam percakapan coaching yang dilakukan diperlukan kemampuan seorang coach dalam menggali potensi yang dimiliki coachee dalam menyusun pertanyaan berbobot. Sehingga dalam pelaksanaannya nanti seorang coachee dapat menentukan solusi atas permasalahannya sendiri. Selain itu langkah yang bisa lakukan adalah dengan terus berlatih melakukan percakapan dengan prinsip-prinsip coaching agar dapat meningkatkan kemampuan saya agar dapat membantu rekan sejawat.  


Rabu, 10 Juli 2024

Kesimpulan Modul 1.2 dan Kaitannya dengan Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak



Kesimpulan materi modul 1.2. Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P):

1.    Peristiwa: 

Momen yang paling mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah ketika elaborasi pemahaman materi yang di pandu oleh instruktur, dimana disana banyak sekali penguatan-penguatan materi yang saya pelajari pada modul 1.1 dimana sebagai seorang pendidik kita harus “berhamba” pada sang anak, disana dijelaskan bahwa sebagai seorang pendidik kita harus menjadikan seorang pendidik seperti anak sendiri, memperhatikan tumbuh kembangnya dengan baik, memenuhi semua kebutuhan belajar yang diperlukan murid, serta memperhatikan karakter yang terbentuk pada seorang murid. Sedangkan pada modul 1.2, disana saya mendapatkan pencerahan bahwa sebagai pendidik kita harus menggali karakter yang tidak tampak dalam diri murid. 12% karakter yang terlehat oleh mata sangatlah sedikit dibandingkan 88% karakter yang belum tampak. Sebagian besar karakter ini lah yang harus dikembangkan oleh pendidik melalui pembiasan yang dilakukan secara konsisten.
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah untuk menjalankan filosofi among menurut Ki Hadjar Dewantara, yang berbunyi “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” adalah dengan menanamkan dalam diri Nilai dan Peran Guru penggerak terlebih dahulu.

Sebagai contoh, Ing Ngarsa Sung Tuladha atau dapat diartikan didepan memberikan contoh maka seorang guru penggerak harus menanamkan nilai mandiri dan reflektif. Kemudian Ing Madya Mangun Karsa atau dapat diartikan ditengah memberikan semangat, maka sebagai pendidik harus menanamkan nilai kolaboratif dan inovatif. Dan yang terakhir Tut Wuri Handayani atau dapat diartikan dibelakang memberikan  dorongan maka nilai yang harus ditanamkan adalah berpusat pada murid.

Kenapa saya menuliskan kesimpulan demikian? Mari kita jabarkan satu persatu.

a.    Ing Ngarsa Sung Tuladha menerapkan nilai mandiri dan reflektif

Dari penjelasan pada modul peran guru penggerak, Ing ngarsa Sung Tuladha diartikan sebagai menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan,

patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-sifat dan lain-lainnya, Nilai Mandiri diartikan Guru Penggerak harus senantiasa memampukan dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan dan Nilai Reflektif adalah model mental yang diharapkan menubuh pada Guru Penggerak dimana mereka senantiasa memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif-apresiatif-produktif.

Untuk menjadikan seorang guru tauladan maka harus ada kemauan untuk memulai perubahan dengan melakukan berbagai refleksi dalam diri sehingga model mental dapat menubuh pada Guru Penggerak .

b.    Ing Madya Mangun Karsa menerapkan nilai Kolaboratif dan Inovatif

Ing Madya Mangun Karsa diatikan sebagai memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain, memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka. Nilai Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun daya sanding dan Nilai Inovatif seorang Guru Penggerak mampu senantiasa  memunculkan gagasan segar dan tepat guna.

Sebagai seorang Guru Penggerak agar memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga dan aka untuk memperbaiki kualitas diri haruslah menerapkan nilai kolaboratif, dengan memberikan daya sanding kepada rekan sejawat tentunya menjadikan dirinya menambah wawasan penilaian dari orang lain, serta agar nilai inovatif yang ada dalam diri Guru Penggerak dapat terlihat adalah dengan melakukan kolaborasi dengan orang lain, sehingga inovasi yang kita lakukan dapat diterima oleh orang lain.

c.    Tut Wuri Handayani menerapkan nilai Berpusat Pada Murid

Tut Wuri Handayani adalah mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju. Berpusat pada murid diartikan sebagai Guru Penggerak untuk selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid.

Untuk dapat mempengaruhi, memelihara dan memprovokasi kebajikan maka sebagai seorang guru haruslah memahami apa definisi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yakni menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Untuk menjapai keselamatan dan kebahagiaan anak adalah dengan menjadikan anak menjadi manusia merdeka, untuk menjadi manusia merdeka maka sesuai teori pilihan bahwa perilaku seseorang manusia adalah buah dari pilihannya sendiri, dengan demikin pendidik harus mulai dan terus menguatkan murid untuk menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik.

Dengan miliki nilai berpusat pada murid, maka kita akan bergeser dari pemuasan kepentingan pribadi menuju kepentingan pembelajaran murid dengan menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik agar murid mencapai kebahagiaan dan keselamatan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

2.    Perasaan: 

Saat menulis kesimpulan keterkaitan modul 1.1 dan modul 1.2 saya merasa sangat bangga dapat menuliskan karakter dan begitu banyak. Saya merasa kesimpulan yang saya buat berbeda dari orang lain

3.    Pembelajaran: 

Sebelum mempelajari modul 1.1 dan modul 1.2 tersebut saya berpikir bahwa difinisi pendidikan adalah menuntun anak sesuai dengan kodratnya baik alam maupun zaman, yang artinya sebagai seorang guru cukup mempelajari lingkungan sekitar sebagai bentuk pemahaman definis kodrat alam dan sebagai guru harus mengikuti perkembangan teknologi sebagai bentuk pemahaman kodrat zaman maka sekarang saya berpikir bahwa untuk menuntun kodrat anak tidak cukup memahami apa yang saya sampaikan diatas, melainkan harus memiliki dan menanamkan Nilai dan Peran Guru Penggerak dalam diri saya.

4.    Penerapan ke depan (Rencana): 

Pengembangan diri yang dapat saya lakukan untuk menguatkan nilai-nilai dan peran guru penggerak adalah

a.    Menunjukkan praktik pengembangan diri berdasarkan kesadaran dan kemauan pribadi dengan membuat rencana pengembangan diri untuk perbaikan praktik mengajar berdasarkan masukan dari rekan sesama guru, kepala sekolah dan/atau murid

b.    Mengembangkan kompetensi warga sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengajak rekan sesama guru untuk mengikuti pelatihan atau program pengembangan diri lainnya

c.    Memimpin upaya pengembangan lingkungan belajar yang berpusat pada murid dengan mempraktikkan pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi murid untuk beraktivitas secara mandiri dan berkelompok

d.    Mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid dengan mengajak warga sekolah untuk merefleksikan kesesuaian program sekolah dengan visi pendidikan yang berpusat pada murid.

e.    Memimpin program pengembangan sekolah untuk mengoptimalkan proses belajar murid dan mendukung kebutuhan masyarakat sekitar sekolah yang relevan dengan menyusun prioritas dan merancang program yang sesuai visi sekolah, realistis dan mengacu peta kebutuhan warga sekolah.

 

Demikian kesimpulan materi modul 1.2 tentang nilai dan peran Guru penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1 Filosofi pendidikan ki hadjar dewantara. Mudah-mudahan apa yang saya tulis ini bermanfaat buat para pembaca sekalian baik sebagai tindakan nyata di kehidupan maupun sebagai bentuk pengumpulan tugas Koneksi Antar Materi Modul 1.2 pada pendidikan guru penggerak angkatan 11 maupun seterusnya.

Nilai mandiri pada diri Seorang Guru Penggerak haruslah ditanamkan dibenak pembaca sekalian, dengan tidak mencopy paste apa yang ada di artikel ini, melainkan hanya sebagai rujukan atau referensi saja.

Semoga apa yang telah saya tulisa bermanfaat bagi pembaca sekalian.

 

Salam dan Bahagia Bapak Ibu Semua

Guru Penggerak, tergerak bergerak dan menggerakan.